Figur Ayah di Bulan Ramadhan
Alangkah harmonisnya ketika melihat sebuah keluarga buka puasa bersama-sama. Sang ibu sibuk membagikan nasi dan lank pauk. Anak-anak ricuh tak sabar menunggu azan magrib berkumandang. Sementara, sang ayah tertawa riang memperhatikan suasana yang akrab tersebut.Ya, tanpa disadari di bulan Ramadhan ini, waktu berkumpul bersama keluarga. menjadi semakin intensif. Contohnya ketika waktu buka puasa tiba. Hal ini dialami oleh Yama Nugroho (26), yang merasakan indahnya makan bersama keluarga ketika buka puasa. "Biasanya, saya makan di luar, sementara adik, ibu, dan nenek makan di rumah," ujarnya.Ya, keluarga yang terdiri dari empat orang tersebut, memang jarang makan bersama. Namun, semua itu berubah karena di bulan Ramadhan ini, semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama. Tokoh utama dalam menyambut buka puasa di bulan Ramadhan ini tentulah ibu. Bagaimana tidak, mulai dari menyiapkan, menyatakan, hingga membersihkan makanan, semua ibu lakukan dengan hati ikhlas. Melihat peran ibu yang begitu sentral, bagaimana dengan ayah? Ayah sebagai kepala keluarga memang memiliki tugas utama mencari nafkah bagi keluarga. Oleh sebab itu, tidak heran jika dalam beberapa kesempatan, figur ayah tidak dijumpai karena alasan klasik yaitu sibuk bekerja. Kehilangan figur ayah Faktor sibuk bekerja memang dapat membuat seorang anak kehilangan figur ayah. Padahal, figur ayah bagi banyak anak merupakan tokoh superhero yang patut ditiru. Apalagi, banyak anak yang bercita-cita jika sudah besar ingin menjadi seperti ayahnya. Hal ini dialami Gilang Ramadhan, musikus yang merasa setelah menjadi ayah harus memberi contoh yang baik di depan anakanaknya. "Bahkan semua ucapan saya juga ikut ditiru anak-anak," tambahnya. Namun, bagaimana jika figur ayah jarang ada di rumah? Faktor sibuk memang membuat figur ayah menjadi jarang berinteraksi dengan keluarganya di rumah. Tidak jarang ketika acara buka bersama keluarga, ibu dan anak-anak akhirnya terpaksa makan, tanpa kehadiran ayah. Akhirnya, interaksi antara ayah dan anak pun hilang. Banyak momen yang selayaknya dipimpin oleh figur ayah menjadi hilang. Contohnya adalah ketika melaksanakan salat berjamaah, mengaji bersama, hingga salat tarawih bersama. Manfaatkan waktu untuk keluarga Tanpa kehadiran figur ayah, akhirnya anak-anak menjadi malas beribadah. Mereka beranggapan untuk apa beribadah, jika ayahnya tidak melaksanakannya. Oleh sebab itu, jika waktu untuk berkumpul bersama keluarga sedikit, sebaiknya seorang ayah harus dapat memanfaatkan waktu yang sedikit tersebut dengan optimal. "Lebih baik memiliki waktu hanya lima atau sepuluh menit tetapi dicurahkan sepenuhnya untuk keluarga, daripada punya waktu 24 jam di rumah tetapi kurang berinteraksi dengan keluarga," tutur Gilang. Hal senada dilontarkan Kak Seto, tokoh pemerhati anak yang menyatakan bahwa jika kuantitas waktu bertemu dengan keluarga terbatas, maka tingkatkan kualitas pertemuan yang hanya sedikit. Sebagai contoh, sang ayah dapat memanfaatkan waktu untuk beribadah bersama seperti salat berjamaah atau mengaji. Melihat hal tersebut, ternyata sosok ayah sangat penting bagi perkembangan jiwa dan agama anak. Oleh sebab itu, sesibuk apa pun semua ayah di dunia ini, sebaiknya mereka menyempatkan diri untuk berkumpul dan beribadah bersama keluarganya. Apalagi di bulan suci Ramadhan ini, sebuah bulan yang Jidak hanya berlimpah pahala, tetapi juga berlimpah momen kebersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar