Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar sangat potensial menjadi pusat produk halal dunia. Demikian diungkap Menteri Pertanian Anton Apriantono dalam 2nd Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (MIT-GT) International Halal Science Symposium 'Scientific Approach towards Halalness Authentication' Selasa (2/12) di IPB International Convention Center. "Indonesia memiliki sumberdaya memadai. Saat ini Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sedang menggodok Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal. Semoga bisa segera disahkan," kata Mentan. Menurut Mentan, penentuan kehalalan produk halal di Indonesia memiliki kekuatan lebih dibanding negara lain. Penentuan produk halal di Indonesia melibatkan berbagai komponen diantaranya: para ilmuwan, akademik, ahli agama, ulama, lembaga pengawas atau pemeriksa, birokrat, komisi fatwa dan sebagainya.
RUU Jaminan Produk Halal ini merupakan satu-satunya UU produk halal pertama di dunia. Dengan adanya UU Jaminan Mutu Halal, produk halal memiliki payung hukum positif di Indonesia. Disamping itu, pemerintah diminta mengharuskan produk yang beredar di pasar dan diperuntukkan bagi konsumen umat Islam di Indonesia bersertifikasi halal. Mentan menghimbau masyarakat agar proaktif mengawal, mendorong dan memberikan masukan terhadap RUU Jaminan Produk Halal.
"Produk-produk tidak halal dan diperuntukkan untuk non muslim, nantinya akan diberikan label khusus." Produk halal dan baik serta menyehatkan merupakan kebutuhan pokok umat Islam sebagai bagian keimanan. "Banyak produk subhat (tidak jelas status kehalalannya) beredar di pasar. Ini membuat konsumen muslim ragu dan kurang nyaman. Dengan adanya hukum positif jaminan produk halal, sertifikasi akan jauh lebih ringan," tutur Mentan.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr.Ir.Herry Suhardiyanto, M.Sc mengatakan sertifikasi produk halal akan mengurangi perselisihan dan kebingungan umat Islam Indonesia. Diharapkan sertifikasi halal akan meningkatkan keimanan umat Islam. "Diperlukan kerjasama apik antara para ilmuwan, akademisi, ahli agama, auditor dan berbagai pihak untuk menetapkan quality assurance produk halal." Rektor IPB menyampaikan beberapa dosen IPB, selama ini, telah menjabat sebagai auditor Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI). IPB juga telah bekerjasama dengan berbagai pihak membentuk Halal System Center (HSC).
Ketua Panitia Simposium Internasional, Dr.Ir.Anas Miftah Fauzi, M.Eng menyampaikan simposium internasional halal kedua ini diselenggarakan tiga negara Malaysia diwakili Universitas Putra Malaysia, Indonesia diwakili IPB, Thailand diwakili University of Chulalongkorn. "Kami melakukan kerjasama riset produk halal, pertukaran peneliti, pengajar, pertukaran informasi dan pelatihan khususnya di bidang standarisasi analisis." Tujuan simposium ini diantaranya untuk mengembangkan prosedur analisis sebagai informasi pengawasan dan penetapan sertifikasi halal, serta pengembangan keilmuan atau science di bidang halal. Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerjasama IPB sekaligus Koordinator Halal System Center IPB ini menceritakan hasil sharing informasi di Thailand dan Malaysia.
" Thailand telah mengembangkan teknologi finger printing atau pengujian DNA babi. DNA babi sangat khas. Teknologi ini sangat berguna untuk mengindentifikasi adanya daging babi dalam statu produk pangan," urai Dr. Anas. Thailand juga mengembangkan pengujian asam lemak untuk mengidentifikasi produk tidak halal.
Di Indonesia, khususnya IPB, menurut Dr.Anas, memiliki sumberdaya manusia yang sangat capable menangani produk halal dibanding Thailand. Hanya saja karena support pemerintah Thailand tinggi terhadap bidang produk halal sebagai salah satu peluang pasar, Thailand memiliki teknologi yang lebih canggih.
Simposium ini menghadirkan pembicara Prof.Winai Dahlan dari University of Chulalongkorn Thailand, Prof.Yaakob Che Man dari University Putra Malaysia, Dr.Zaenal Alim Mas'ud, DEA (IPB), Dr.Nadratuzzaman H, Ph.D (LPPOM-MUI), S.Hermanto (Universitas Islam Negeri), Drs.Abdul Rahman, Apt.M.Sc (Universitas Gajah Mada/UGM), Dr.Yunianta (Universitas Brawijaya), Dr.Muladno (IPB), Dr.Mulyorini (LPPOM MUI), Dr.Hasim (IPB), Dr.Didik Purwadi (UGM), Adrian Pramono (Universitas Diponegoro/UNDIP), Dr.Feri Kusnandar (IPB), Prof.Umar Santoso (LPPOM MUI Yogyakarta dan UGM). Moderador dalam kesempatan tersebut antara lain: Dr.Irawadi Jamaran, Prof.Anwar Nur dan Dr.Khaswar Syamsu. Notulen yakni Dr.Nugraha E.Suyatma, Dr.Ir.Hanifah Nuryani Lioe, dan Dr.Fahim M.Taqi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar